Allah swt berfirman
ُقال الله تعالى : إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
” Hanya saja yang punya rasa takut kepada Allah swt diantara hamba-hambanya adalah para ulama”
ُقال الله تعالى : إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
” Hanya saja yang punya rasa takut kepada Allah swt diantara hamba-hambanya adalah para ulama”
Ulama yang disebut dalam ayat tersebut adalah ulama akhirat yang lurus dan punya rasa takut kepada Allah swt,serta mengajarkan manusia untuk takut kepada Allah swt
Syaikh Nawawi al-Jawi, dalam kitab Maraqil Ubudiyah hal 12-13, menyampaikan ciri-ciri ulama akhirat, yaitu:
1- Tidak memanfaatkan ilmu untuk kepentingan duniawi.
2- Tujuannya dalam mencari dan memperdalam ilmu hanya untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat. Perhatiannya selalu tertuju kepada ilmu yang berhubungan dengan hati, dan ia selalu mengatur hatinya untuk melawan hawa nafsu.
3- Dia menuntut ilmu karena ingin mengetahui, meneladani, dan meniru Sang Pembawa Syariat, yaitu Nabi Muhammad SAW dalam semua perbuatan dan perkataannya.
Sedangkan ciri ulama yang tidak menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencari kekayaan dunia adalah:
Syaikh Nawawi al-Jawi, dalam kitab Maraqil Ubudiyah hal 12-13, menyampaikan ciri-ciri ulama akhirat, yaitu:
1- Tidak memanfaatkan ilmu untuk kepentingan duniawi.
2- Tujuannya dalam mencari dan memperdalam ilmu hanya untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat. Perhatiannya selalu tertuju kepada ilmu yang berhubungan dengan hati, dan ia selalu mengatur hatinya untuk melawan hawa nafsu.
3- Dia menuntut ilmu karena ingin mengetahui, meneladani, dan meniru Sang Pembawa Syariat, yaitu Nabi Muhammad SAW dalam semua perbuatan dan perkataannya.
Sedangkan ciri ulama yang tidak menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencari kekayaan dunia adalah:
1- Terdepan dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya-Nya, sebelum memerintah dan menasehati orang lain.
2- Senantiasa menghindari makanan yang lezat, rumah yang mewah, dan pakaian yang bagus.
3- Senang menyendiri, tidak suka bergaul dengan pejabat kecuali untuk menasehatinya atau mendesaknya agar mengembalikan hak orang lain kepada pemiliknya atau untuk membimbingnya menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.
4- Tidak tergesa-gesa dalam berfatwa. Ia selalu mengarahkan orang yang meminta fatwa agar bertanya kepada orang yang lebih alim darinya.
2- Senantiasa menghindari makanan yang lezat, rumah yang mewah, dan pakaian yang bagus.
3- Senang menyendiri, tidak suka bergaul dengan pejabat kecuali untuk menasehatinya atau mendesaknya agar mengembalikan hak orang lain kepada pemiliknya atau untuk membimbingnya menuju jalan yang diridhoi Allah SWT.
4- Tidak tergesa-gesa dalam berfatwa. Ia selalu mengarahkan orang yang meminta fatwa agar bertanya kepada orang yang lebih alim darinya.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Wallahu a’lam.
sumber: forsansalaf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar