Selasa, 24 Januari 2017

Menjernihkan Hati Dan Lisan


Kalam Habib Muhammad bin Abdullah al-Aydrus
Di antara ihwal yang patut kalian cermati ialah ucapan-ucapan yang menuntut kalian untuk menepatinya seperti misalnya janji. Hindarilah janji-janji atau sumpah-sumpah sebisa mungkin, serta segala hal yang mengharuskan seseorang memenuhinya karena sesungguhnya setan senantiasa membujuk manusia untuk berbuat ingkar. Apabila kalian telah terlanjur merajut janji atau ikrar, maka berusahalah untuk menepatinya. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad (janji) itu!” (QS Al-Maidah 5;1)
Baiknya kalian mengiringi segala ucapan kalian dengan kalimat “Insya Allah” dan jangan mudah mengumbar sumpah dengan kalimat “Demi Allah.” Arahkanlah setiap ucapan dari lisan kalian kepada kebaikan. Sesungguhnya ucapan itu seperti anak panah yang kadangkala meleset dan menyisakan rasa sesal sehingga si pengucap akan selalu dihantui rasa bersalah. Janganlah sesekali mengucapkan kalimat bernada sombong yang kerap diucapkan orang-orang seperti, “Panyakit itu takkan pernah mengenai diriku”, “Aku tak pernah butuh pada siapa pun” atau “Musibah itu takkan pernah menimpaku.” Orang yang berucap seperti itu sejatinya takkan luput dari perubahan kondisi, bahkan ia bakal diterpa musibah dengan tiba-tiba akibat ucapannya itu. Perhatikan bunyi sebait syair berikut:
Peliharalah lisanmu dari ucapan “bakal kena cobaan”
Sesunguhnya cobaan itu berpangkal dari sebuah ucapan
Perhatikanlah dengan baik hal-hal yang demikian ini, dan jangan sampai kalian terjerumus ke dalamnya. Jauhilah ghibah (gosip), sebab ghibah adalah salah satu akhlak yang tercela dan dosanya sangat besar. Ghibah adalah perbuatan yang berakibat buruk pada pelakunya dan sama sekali tidak memberikan manfaat. Seorang penyair berkata:
Semoga diriku menjadi mulia dengan dijauhkan dari dosa ghibah
Setiap ghibah adalah kepayahan yang tiada terukur
Hindari pula ucapan-ucapan yang bernuansa adu domba. Sesungguhnya adu domba adalah perangai orang-orang hina yang gemar menyemai bibit-bibit permusuhan dan kebencian di tengah manusia. Jangan pernah sesekali berkata dusta sebab dusta adalah perbuatan yang hina dan bisa menjauhkan seseorang dari iman. Baginda Nabi SAW bersabda, “Dusta menjauhkan seseorang dari iman.” Imam Sufyan at-Tsauri berkata, “Tidaklah seseorang berkata dusta melainkan perkataannya itu bersumber dari harga dirinya yang rendah.”
Hati-hatilah, janganlah kalian mencela seseorang karena suatu musibah yang menimpanya sebab bisa jadi Allah SWT bakal menimpakan musibah yang serupa kepada kalian. Jangan pernah merendahkan orang, menyebar-luaskan kekurangannya, atau menjadikannya bahan tertawaan. Semua perbuatan itu adalah perangai orang-orang yang tercela. Jangan pula tertawa secara berlebihan agar wibawa kalian tidak hilang dan supaya diri kalian tidak dirundung kesedihan setelahnya. Jangan keterlaluan ketika melampiaskan kebahagiaan agar kalian tidak dilanda perasaan sedih karenanya.
Jangan pernah menyakiti hati orang atau mempermalukannya di hadapan orang banyak. Menyakiti hati orang adalah perbuatan keji yang dosanya sangat besar. Oleh karena itu, setiap orang harus menjauhinya dan mewaspadai akibat yang ditimbulkannya, terutama terhadap mereka yang memiliki jiwa-jiwa yang mulia dan selalu menutup diri. Telah disebutkan di dalam salah satu kitab suci yang pernah diwahyukan, “Kasih sayanglah terhadap dirimu, niscaya dirimu bakal tergolong orang-orang yang dikasihi. Jangan pernah mempertontonkan kesalahan atau kelalaian orang, bahkan tutuplah rapat-rapat aib serta kekurangannya itu. Manakala berjalan di atas bumi, janganlah menampakkan sikap sombong dan arogan. Hindari rasa bangga diri (ujub) di setiap tindak langkahmu baik berupa ibadah, ilmu mau pun ucapan. Sesungguhnya bangga diri adalah perangai hina yang membuat pelakunya dibenci dan dihinakan orang-orang.”
Jernihkanlah hatimu dari rasa dendam. Dendam adalah buah dari amarah. Perilaku tercela yang satu ini bisa memantik bahaya dan tindakan saling menghancurkan. Manusia memang cenderung mudah ditaklukkan oleh hawa nafsunya. Hawa nafsu sendiri seringkali tumbuh bersamaan dengan amarah, dan bangkit bersamaan dengan perasaan dendam. Sesungguhnya dendam adalah memendam sakit hati di balik penampilan tenang seseorang. Sifat ini adalah milik orang-orang yang berjiwa rapuh. Ada pun mereka yang berwatak kuat dan memiliki akal yang kokoh, sama sekali tak pernah menyimpan dendam. Bahkan, sama sekali tak terlintas dalam pikiran mereka untuk mengobati dendam (karena memang tidak memilikinya). Mereka menganggap dendam sebagai gaya berpikir yang lemah.
Alhasil, seandainya manusia mau memandang dengan pandangan yang hakiki sementara kecondongan hatinya terbatas kepada akhirat, niscaya segala urusan rumit yang menjerat para pencari dunia akan terasa ringan baginya. Apabila hati seseorang terfokus pada satu arah, maka tak pelak hatinya terasing dari arah yang sebaliknya. Begitulah gambaran dunia dan akhirat.
Buanglah perasaan iri dari dalam hati kalian. Iri hati adalah sifat hina yang tumbuh dari watak yang tercela. Coba kalian renungkan, seandainya nikmat yang dikaruniakan kepada seseorang hilang, apa manfaat yang didapat orang yang iri hati? Kalau saja kita mau merenungkan betapa hinanya perilaku-perilaku tak terpuji itu, niscaya kita bakal menanggalkan semua itu dan mengharap memperoleh kesadaran. Sesungguhnya, bila manusia benar-benar serius hendak memperbaiki akhlaknya, maka akhlak-akhlak yang mulia bakal tunduk dan mendekat kepadanya. Lazimilah segala bentuk kebaikan wahai saudaraku, baik yang terlihat mau pun yang tersamar. Jauhilah segala kehinaan dan perbuatan yang bisa menyakiti hati orang dari segala arah dan jalan. Sesungguhnya efek perbuatan jahat terhadap manusia sungguh teramat mengkhawatirkan.
Ketahuilah, terkadang manusia terlampau baik akhlaknya sehingga menyerupai malaikat. Namun kadangkala akhlaknya terlalu durjana sehingga martabatnya turun menyerupai setan. Semoga kita dilindungi Allah SWT dari jurang kehancuran. Kita memohon kepada-Nya agar ditempatkan bersama orang-orang yang beruntung, di dalam samudera karunia dan kemurahan-Nya….(*) 

Sumber: forsansalaf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar