Rasanya tak berlebihan bila kita sebut bulan Ramadan ini sebagai bulan penuh cahaya. Coba kita simak firman Allah di Surat An-Nur: 35,
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca, (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang penuh berkah, (yaitu) pohon zaitun yang tidak hanya diterpa matahari dari timur saja atau dari barat saja (melainkan terkena matahari dari arah barat dan timur), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Itulah cahaya Allah. Yang minyaknya saja sudah berkilau-kilau, berasal dari pohon yang senantiasa terkena matahari. Cahaya di atas cahaya, berlapis-lapis. Cahaya yang sangat kuat sinarnya.
Ramadhan adalah kesempatan yang paling baik untuk mencari cahaya ilahi itu. Sebab, Ramadhan adalah bulan penuh barokah. Bulan di mana cahaya ilahi banyak berpendaran. Di bulan ini waktu siang dan malam hari terasa lebih berkilau-kilau. Hati terasa lebih lapang dan bercahaya sehingga ibadah lebih mudah dilakukan.
Tentu saja tidak semua orang merasakan cahaya dan dorongan melakukan amal ibadah. Hanya orang Islam. Orang Islam pun tidak seluruhnya, yang bertakwa dan beriman dengan baik. Semakin baik iman dan ketakwaannya, semakin dia merasakan cahaya ilahi.
Betapa tidak. Di bulan Ramadhan syetan-syetan dibelenggu tangan dan kakinya. Pintu-pintu langit alias sorga dibuka, membuat aroma sorga tercium di mana-mana. Rasulullah s.a.w. bersabda:
ثم إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب السماء وغلقت أبواب جهنم وسلسلت الشياطين
“Kemudian ketika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu langit (sorga) dibuka, pintu-pintu Jahanam ditutup, dan syetan-syetan dibelenggu.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
Tetapi, sekali lagi, aroma sorga hanya tercium oleh orang mukmin yang bertakwa.
Di samping itu, banyak malaikat yang turun ke bumi di bulan suci ini. Terutama pada malam Lailatul Qadr. Mereka berdesakan sehingga tak sejengkal pun dari bumi kecuali ada malaikatnya. Kehadiran mereka tentu membawa serta barokah, rahmat dan cahaya ilahi.
baca juga: Puasa Tapi Tidak Shalat
Cahaya ilahi berpendaran pada bulan Ramadhan karena amalan-amalan di bulan tersebut potensial mendatangkan cahaya di hati. Terutama puasa. Inilah salah satu dari akhlak ketuhanan (ash-shamadiyah) yang dijalankan para hamba. Dengan berpuasa, mereka meniru perilaku malaikat yang tidak memiliki syahwat perut dan farji (seksual).
Dengan sifat puasa yang sangat rahasia (tidak ada yang tahu bahwa seseorang berpuasa atau tidak kecuali Allah), maka inilah amalan yang sampai langsung pada-Nya, tanpa terbendung oleh siapapun. Sedang amal-amal lain mungkin saja terbendung oleh riya’, pamer pada orang lain. Itulah sebabnya, Allah berfirman dalam hadis qudsi:
الصوم لي وأنا أجزي به
“Puasa itu milik-Ku, dan aku mengganjarnya sendiri.“
Dengan kata lain, Allahlah yang menentukan berapa kadar pahala puasa seseorang. Mungkin 10 kali lipat, mungkin 70 kali lipat, mungkin pula lebih dari itu, hingga kadar tak terbatas, terserah kehendak-Nya.
Karena sifatnya yang berhubungan langsung dengan Allah itu pula, orang-orang berpuasa disebut sebagai pengelana (as-saaihun). Yakni mengelana pada Allah melalui lorong lapar dan dahaganya.
Oya, kosongnya perut atau rasa lapar itu sendiri mengandung hikmah yang besar. Di antaranya ialah, seperti ditulis Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin, membuat hati jadi bening, bersinar, dan mata hati jadi terbuka. Berkata Abu Yazid Al-Busthami, “Rasa lapar itu (ibarat) awan. Ketika seorang hamba lapar, dia menghujani hatinya dengan hikmah.” Ini sesuai dengan sabda Rasulullah s.a.w., “Cahaya hikmah itu (ada pada) rasa lapar.”
Ini masih ditambah pula dengan amalan-amalan yang biasa dilakukan di bulan Ramadhan, seperti salat tarawih, zikir dan tadarus Al-Quran. Dengan sangat jelas Nabi s.a.w. menegaskan bahwa membaca Al-Quran dapat mendatangkan cahaya. Beliau bersabda, “Sinarilah rumahmu dengan membaca Al-Quran.”
TIGA TAHAPAN
Alhasil, Ramadhan adalah kesempatan yang paling baik untuk mengubah hati yang gelap menjadi bersinar. Kata seorang ulama, “Bulan Rajab itu untuk menyucikan badan, bulan Sya’ban untuk menyucikan hati, dan bulan Ramadhan untuk menyucikan ruh.” Ulama lain berkata, “Sungguh bulan Rajab itu untuk memohon ampun dari dosa-dosa, bulan Sya’ban untuk mereparasi hati dari cacat-cacat, Ramadhan untuk menerangi hati, dan Lailatul Qadr untuk taqarrub pada Allah.”
Jadi, pada bulan Rajab, para ulama membersihkan diri badan mereka dari dosa-dosa yang ada dengan memohon ampun nan tulus pada Allah. Dengan melakukan hal itu, mereka sebenarnya telah mulai membersihkan hati dari kotoran-kotoran. Sebab, ketika seorang hamba melakukan dosa, maka di hatinya muncul noktah. Semakin besar dosa yang diperbuat, semakin besar noktah itu. Semakin banyak dosa, semakin banyak pula noktahnya.
Meski demikian, hati belum sepenuhnya bersih. Mungkin masih ada kotoran-kotoran berupa penyakit-penyakit hati semacam takabur, hasud, benci dan semacamnya. Pada bulan Sya’ban mereka mulai membersihkan kotoran-kotoran sisa ini melalui mujahadah (memerangi hawa nafsu) dan riyadhah (penggemblengan akhlak-akhlak mulia).
Ketika hati menjadi bersih, hati mulai bersinar. Sebab, kata orang, bersih itu indah, bersih itu bercahaya. Hanya saja, cahaya itu belum berkilau. Nah, pada bulan Ramadhan, mereka mulai menggosok hati yang sudah bersih itu supaya mengkilap. Yakni dengan berpuasa dan menjalankan amalan-amalan lain, baik amalan zhahir maupun batin.
Begitulah para ulama, khususnya salafunash shalihun. Mereka mempersiapkan diri menyongsong bulan Ramadhan sejak dua bulan sebelumnya. Sedang kita mungkin belum sempat melakukan ketiga tahapan tadi hingga Ramadhan tiba. Alih-alih membersihkan badan dari dosa-dosa di bulan Rajab, justru kita menambah kotor badan kita dengan perbuatan-perbuatan dosa yang baru. Mungkin kita membaca istighfar pada pagi dan sore, tapi bacaan itu tidak menghunjam di hati, melainkan hanya sebatas terucap di mulut.
Karena itu, marilah kita lakukan ketiga tahapan itu sekaligus pada bulan Ramadhan ini. Kita bersihkan badan kita dari dosa-dosa dengan memperbanyak istighfar, serta menjauhi dosa-dosa baru. Kita bersihkan hati kita, dan kita sinari hati kita dengan berpuasa, salat tarawih, membaca Al-Quran dan lain-lain. Mari kita rengkuh cahaya ilahi di bulan suci ini.
sumber: forsansalaf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar