Banyak orang mengira bahwa kematian ada dua kategori, mendadak dan tidak mendadak. Padahal jika kita berpikir ulang, ternyata tidak ada kematian yang tidak mendadak. Perhatikan bagaimana Allah SWT berfirman :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS al A`raf: 34)
Secara eksplisit dapat kita pahami bahwa setiap kematian akan datang secara tak terduga sehingga tak ada kesempatan bagi seseorang untuk meminta penangguhan ajal ataupun percepatan.
Pada intinya, mati “mendadak” tentunya sebuah takdir yang tidak seorang pun mengetahui kapan terjadinya, bahkan semakin kemari semakin sering terjadi. Tak jarang pula menimpa kepada beberapa tokoh terkenal di Indonesia beberapa waktu lalu, diantaranya Adjie Massaid, Mbah Surip, Basuki, Benyamin S. dll. Bahkan Imam Bukhory pun tidak terlepas dari kematian mendadak.
Telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa kematian secara tiba-tiba merupakan salah satu faktor yang menandakan semakin dekatnya kiamat, sebagaimana telah diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . seringnya kematian mendadak.”
Bahkan hal demikian pun telah terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW :
كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَأَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَاتَ فُلانٌ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَلَيْسَ مَرَّ بِنَا آنِفًا ” ؟ قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَاتَ فَجْأَةً
” Dahulu kami ketika sedang bersama Nabi SAW. maka seorang laki-laki datang kepada beliau dan menyampaikan bahwa : Si Fulan telah meninggal. Nabi SAW bertanya : “Bukankah dia baru saja berpapasan dengan kita?” Mereka menjawab : Benar wahai Rasulullah, dia mati mendadak“.
Dan jika kita ditanya dalam keadaan apakah kita inginkan kematian? Maka mayoritas dari kita akan berharap tidak meninggal dalam keadaan mendadak, tentu disebabkan karena kurangnya bekal kita untuk menghadapi kematian, sehingga secara logika jika kita meninggal dengan tanda-tanda sebelumnya misal sakit atau yang lainnya berarti saat itu kita masih memiliki kesempatan untuk memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT sebelum ajal betul-betul mendatangi kita. Sebaliknya, kematian mendadak bisa menjadi kabar baik namun juga bisa menjadi kabar buruk, tergantung kondisi amal yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pernah sekali waktu Sayidatuna Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai kematian mendadak, lalu dijawab oleh beliau :
رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ
“(Kematian mendadak) Merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan adalah penyesalan bagi orang-orang jahat.”
Sering kali ketika kita mendapat kabar akan kematian seseorang secara mendadak, maka kita hanya kaget tak menyangka, tapi jarang kita mampu mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.
Salah satunya adalah, bahwa kematian dengan cara apapun merenggut seseorang tidak akan pernah kita bisa lari darinya, Allah SWT berfirman :
قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan“.(QS al Jumuah: 8)
Bahkan disebutkan dalam suatu riwayat oleh Imam Hasan Al Bashry beliau berkata bahwa malaikat Izroil datang kepada kita dalam sehari 5 kali.
Maka, tidak ada yang lebih layak untuk kita lakukan dalam mempersiapkan kematian kita sendiri melainkan memperbanyak ibadah.
Lihat bagaimana para ulama dan auliyaa’, sekali pun mereka telah banyak melakukan ibadah namun tetap saja mereka setiap saatnya mempersiapkan diri mereka untuk selalu dalam keadaan taat sehingga kapanpun kematian datang, mereka selalu siap menyambutnya.
Sebagai contoh, kita bisa melihat bagaimana Imam Robii’ bin Khoitsam ra. menggali kubur beliau sendiri dekat rumahnya, setiap kali beliau merasa hatinya keras seketika beliau turun ke dalam kuburnya dan bertafakkur akan apa yang terjadi kelak pada hari kiamat, selalulah begitu hingga shubuh menjelang, pernah beliau di dalam kuburnya mengulang-ulang ayat :
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ ﴿٩٩﴾لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَٰلِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿١٠٠﴾
Artinya : “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu) hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia.” “Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” Maka ketika salah satu keluarga beliau mengetahui hal tersebut, spontan mengatakan : Wahai Robii’, naiklah ke atas, kamu masih di dunia, ini sudah shubuh, waktunya sholat !. (QS Al-Mukminun: 99-100)
Begitulah keadaan mereka dan bagaimana keadaan kita?! Mereka penuh waktunya dengan ibadah tapi tetap takut sedahsyat itu dari kematian, kita yang tak punya amal apa-apa seolah-olah aman dari kematian yang buruk bahkan ketika keranda berjalan di depan, kita masih bisa tertawa dan santai menanggapinya.
Diriwayatkan di dalam kitab Al Mustathrof bahwa pernah sekali waktu Sayyidina Ali bin Abi Tholib kw. melewati suatu makam dan seketika beliau berhenti seraya menyeru kepada segenap para sahabat-sahabat beliau : Beruntung bagi mereka yang berkenan mengingat kematian, lantas beramal untuk hari perhitungan, dan merasa cukup dari kebutuhan duniawinya, serta ridho atas segala ketentuan Allah SWT, dan beliau melanjutkan : Wahai sekalian penghuni kubur, adapun istri-istri kalian telah dinikahi orang lain, rumah-rumah kalian telah dihuni dan harta-harta kalian pun telah terbagi habis, ini adalah kabar dari kami, maka apa kabar dari kalian? Kemudian beliau menoleh kepada para sahabat beliau dan mengatakan : Jika seandainya mereka diberi kesempatan untuk berbicara, pastilah mereka akan menjawab : Kami (penghuni kubur) mendapati sebaik-baik bekal adalah taqwa.
Semoga husnul khotimah adalah jawaban dari Allah SWT atas kegundahan kita dalam keadaan apakah kita akhiri umur kita. Amiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.
sumber: forsansalaf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar