Kalam Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi
Akhir-akhir ini pergaulan yang salah disinyalir sebagai faktor utama penyebab meningkatnya tindak kriminalitas dan kerusakan moral di tengah-tengah masyarakat. Maka tidak ada salahnya apabila kita menyimak analisa Habib Idrus bin Umar Alhabsyi mengenai pengaruh pergaulan terhadap baik buruknya kepribadian seseorang berikut;
‘Sesungguhnya pergaulan keseharian memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan kepribadian seseorang. Entah dampak yang positif ataupun yang negatif. Seseorang yang senantiasa bergaul dengan orang-orang baik, maka lambat laun kepribadiannya akan menjadi baik. Demikian sebaliknya, seseorang yang senantiasa bergaul dengan orang-orang berakhlak buruk, keji dan fasik, maka kepribadiannya menjadi buruk dan lacur. Namun terkadang perubahan kepribadian sebagai dampak dari pergaulan tidaklah spontanitas, akan tetapi melalui proses yang lama dan berkesinambungan sehingga sering kali tidak dirasakan oleh yang bersangkutan.
Bergaul dengan orang-orang baik dan soleh, akan tertanam di hati kita cinta kepada kebaikan dan tumbuh semangat untuk berbuat baik seperti mereka. Adapun apabila kita bergaul dengan orang-orang fasik, maka gemar berbuat fasik dan lacurlah yang akan tertanam dalam hati kita. Maka dapat disimpulkan, bahwa kepribadian seseorang terprogram secara otomatis sesuai karakter lingkungan pergaulan.
Dalam kitab ‘Awarif, syeikh Umar Syahrawardi berkata, “Persahabatan dengan orang-orang baik memberikan dampak positif yang luar biasa. Sedangkan rasa cinta dan sayang akan memperkokoh persahabatan tersebut.” Seorang ahli hikmah berpendapat bahwa apabila seseorang bertemu sahabatnya, maka terjadi pembauran karakter diantara keduannya. Mereka saling mengisi dan memperkuat kepribadian masing-masing.
Ada sebuah kaidah klasik berbunyi. “Pandangan kepada sesuatu akan mempengaruhi perilaku pihak yang memandang sehingga selaras dengan perilaku pihak yang dipandang”. Seperti apabila kita melihat sesuatu yang mengharukan, maka hati kita terbawa rasa haru lalu menjadi sedih. Demikian juga apabila kita melihat sesuatu yang menggembirakan, maka di hati kita akan muncul rasa senang dan gembira.
Seekor unta liar yang tak dapat dikendalikan akan menjadi patuh dan terkendali apabila dikumpulkan dengan unta-unta yang telah jinak. Bahkan hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan dan udara sekalipun berevolusi baik secara fisik maupun karakter sesuai kondisi lingkungan masing-masing.
Rasulullah SAW bersabda, ”Agama seseorang tergantung agama orang yang dicintainya (sahabatnya).” Sebuah kalam bijak menyebutkan bahwa seseorang yang suka bergaul dan berteman dengan orang yang baik, maka akan dijadikan oleh Allah sebagai orang baik sekalipun sebelumnya ia adalah orang jahat. Dan seseorang yang suka bergaul dengan orang fasik, maka ia akan dijadikan sebagai orang yang fasik dan jahat sekalipun sebelumnya ia adalah orang yang baik.
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah SAW ditanya salah satu sahabat,” Wahai Rasulullah! Ada seorang laki-laki mencintai suatu kaum, namun ia bukan termasuk kaum tersebut.” Rasulullah SAW dengan bijak menjawab,” Kamu kelak dikumpulkan bersama orang yang kamu cintai.”
“Quthbul Irsyad” Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad berkata, “Barang siapa senantiasa duduk bersama dan berkumpul dengan para ulama besar didasari rasa cinta kepada mereka dan keinginan meneladani budi pekerti dan perilaku mereka yang cenderung mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjauhi kemewahan dunia atau sekedar mengharapkan keberkahan dan doa-doa mereka tanpa adanya niatan untuk meniru perilaku mereka, maka ia akan mendapatkan kebaikan dan berkah yang melimpah.
Seperti tersebut dalam sebuah hadits qudsi yang artinya, ”Merekalah (para ulama besar) segolongan orang yang takkan celaka orang-orang yang duduk berkumpul bersama mereka.” Hanya saja, kebaikan dan keberkahan mereka takkan didapatkan orang-orang yang berkumpul dengan mereka dengan niatan agar ia dikenal orang sebagai orang baik karena sering berkumpul dengan para ulama dan orang soleh, sedangkan ia sendiri sebenarnya adalah orang yang keji dan dhalim.”
Seorang ulama besar tempo dulu pernah berkata,” Sesungguhnya prasangka buruk dan rasa cinta yang murni akan menyatukan orang-orang awam bersama para ulama besar. Dan tidak ada ibadah selain fardlu yang dilaksanakan seorang hamba yang lebih utama dari rasa cinta kepada para wali Allah, karena cinta kepada wali Allah adalah pertanda cintanya kepada Allah.”
Terkadang seorang murid mendapatkan keberkahan dan manfaat yang melimpah dari guru-gurunya sekalipun ia tak mengenal bahkan tak pernah melihat mereka. Hal tersebut dikarenakan rasa cinta yang menggelora, keterikatan yang kuat dan prasangka baik kepada mereka. Sayid Ali bin Abubakar Baalawi berkata,”Seorang murid akan mendapatkan manfaat dari guru-gurunya sekalipun mereka telah meninggal jika ikatan antara murid dan guru sangat kuat di dasari rasa cinta yang murni kepada mereka.”
Al Imam Ali bin Abubakar As-Sakran berkata,”Para ulama tasawuf sejati yang ikhlas kepada Allah dalam setiap amal perbuatanya dan senantiasa berusaha menyempurnakan diri dalam meneladani akhlak Rasulullah SAW adalah para wali pembawa cahaya dan rahasia-rahasia Allah sekaligus sebagai kholifah di muka bumi. Maka beruntunglah orang-orang yang mencintai mereka, mendapatkan berkah mereka dan memperoleh doa kebaikan dari mereka. Apalagi orang-orang yang berusaha berhidmat dan menjadi murid yang senantiasa menerima dan melaksanakan nasehat-nasehat mereka. Padahal, dengan memandang wajah mereka saja, rahmat dan keberkahan akan didapatkan.”
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba, barang siapa memandang salah satu diantara mereka, maka niscaya ia beruntung dan takkan celaka selamanya.” Sedangkan Syeikh Abubakar bin Salim pernah berkata,”Demikian jika kita memandang salah satu diantara hamba-hamba pilihan Allah tersebut. Adapun pandangan mereka kepada kita, maka itu akan menyampaikan kita kepada derajat yang sangat mulia di sisi-Nya.” Walhasil, dengan mendekati ulama, hidup akan menjadi penuh berkah.
sumber: forsansalaf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar