Senin, 06 Februari 2017

Pedihnya Sakarotul Maut


Mutrif bin Abdullah berkata ” Aku tidak heran terhadap orang yang meninggal dalam keadaan su’ul khotimah, aku hanya heran terhadap orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Tidaklah Allah swt memberi anugerah terhadap seorang hamba dengan nikmat yang lebih agung dari meninggal dengan kondisi khusnul khotimah ( meninggal membawa agama islam )

مطرف بن عبد الله يقول : اني لا اعجب ممن هلك كيف هلك، وانما اعجب ممن نجا كيف نجا، وما من الله على عبد بنعمة افضل من ان يميته على الاسلام


Kenapa manusia sekelas Mutrif bin Abdullah tidak heran dengan orang yang meninggal dalam keadaan tidak membawa agama islam ? Karena sangat sulitnya sakaratul maut sehingga tidak semua orang mampu melewati rintangan tersebut.
Saya akan bawakan sedikit cerita mengenai sakarotul-maut atau menjelang wafat. Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti akan tetapi untuk introspeksi diri dan renungan bagaimana dahsyatnya sakarotul-maut dan apa yang kita persiapkan untuk menghadapinya?

Kaab al-aKhbar berkata: “Perumpaan dahsyatnya sakarotul-maut seperti pohon berduri yang dimasukan ke dalam bagian tubuh manusia yang berlobang. Kemudian setiap duri itu ditancapkan ke setiap saraf manusia. Setelah duri-duri itu menancap pada tiap saraf manusia, kemudian ditarik dengan sekeras-kerasnya sehingga putuslah saraf-saraf tersebut.
كان كعب الأحبار يقول : مثل الموت كشجرة الشوك، أدخلت في جوف ابن ادم، فأخدت كل شوكة بعرق، ثم اجتذبها رجل شديد الجذب، فقطع ما قطع و أبقى ما أقبى .
Dikisahkan, ketika malaikat Izroil selesai mencabut nyawa Nabi Musa Alahis-salam, maka malaikat Izroil bertanya: “Bagaimana rasanya sakarotul-maut wahai Musa?” Nabi Musa menjawab: “Seperti kambing yang diambil kulitnya dalam keadaan hidup.”
فقيل له بعد موته : كيف وجدت الموت يا موسى ؟ قال : كشاة يسلخ جلدها وهي حية.
Diantara mukjizat Nabi Isa adalah dapat menghidupkan manusia yang sudah mati. Ketika Nabi Isa menghidupkan kembali Sam Bin Nuh, beliau bertanya: “Sejak kapan kamu meninggal ?” Saam pun menjawab: “Sejak 4.000 tahun yang silam. Nabi Isa bertanya lagi: “Bagaimana kamu dapatkan rasa sakarotul-maut ?” Saam menjawab: “Sampai sekarang belum hilang dari diriku sakitnya sakarotul-maut.”
لما احيا عيسى بن نوح، قال له عيسى : مذ كم أنت ميت ؟ قال : منذ أربعة الاف سنة. قال : كيف وجدت الموت ؟ قال : إلى الان لم تذهب عني سكرته ولا حرارته.
Mudah-mudahan dengan cerita diatas hati kita tergugah untuk lebih meningkatkan amalan-amalan sholeh dan menjauhi segala sesuatu yang berbau maksiat sehingga ketika kita menghadapi sakarotul-maut. Allah swt menurunkan rahmatnya kepada kita berbentuk ringan dan mudahnya nyawa kita keluar dari jasad kita dan mudah-mudahan Allah swt mengakhiri hidup kita dalam keadaan beriman, khusnul-khotimah…amin amiin yaa robbal-aalamiiin.
ياالله بها ياالله بها ياالله بحسن الخاتمة.
sumber: forsansalaf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar