Kamis, 23 Februari 2017

Menjaga Lisan Itu Penting

Akhir-akhir ini terjadi kegaduhan di negara kita hanya karena hal yang dianggap sepele yaitu kesalahan ucap dan omongan tidak pantas yang dikatakan oleh berbagai macam kalangan.
Lisan yang kecil ternyata dapat membuat negara kita yang besar ini kacau-balau. Betapa besar bahaya lisan itu.
Maka tidak mengherankan apabila Nabi SAW sangat keras memerintahkan umatnya untuk menjaga lisan. Diam itu lebih baik daripada berkata-kata yang tidak ada gunanya. Nabi SAW bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaknya berkata yang baik atau jika tidak bisa, hendaknya diam. (HR Bukhari-Muslim)
Bahkan di dalam Al-Quran, yang adalah mukzijat terbesar sekaligus petunjuk bagi umat manusia, Allah SWT mengingatkan untuk menjaga lisan dalam firman-Nya:
يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar.”(QS al-Ahzab: 70)
Rasulullah SAW bukan hanya melarang kita untuk berkata buruk, tapi juga menganjurkan untuk meninggalkan untuk mengucapkan ucapan yang tidak berguna. Meninggalkan perkataan yang tidak penting menjadi tanda kebagusan Islam seseorang. Rasulullah SAW bersabda:

مِنْ حُسْنِ اِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ

“Termasuk dari baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya.” (HR Turmudzi)
Apabila kita renungkan, ternyata kegaduhan negri kita tercinta ini disebabkan oleh lisan-lisan yang tidak bertanggung-jawab, dan juga berita-berita yang saling menyudutkan satu-sama lain. Padahal ghibah (membicaraan keburukan orang lain) itu adalah dosa besar. Ghibah bukan hanya sebatas ucapan, bisa juga dengan tulisan atau isyarat. Saking besarnya dosa ghibah, Allah SWT mengumpamakannya di dalam Al-Quran dengan memakan bangkai manusia. Allah SWT berfirman:
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
Janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. (QS al-Hujurat: 12)
Apalagi jika yang disebarkan adalah berita bohong, maka dosanya akan menjadi lebih besar lagi.
Maka sudah sepatutnya kita menyadari akan bahayanya lisan. Menjaga lisan itu hanya satu dari perintah Allah dan Rasul-Nya, baru satu perintah Allah dilanggar timbullah kekacauan yang luar biasa ini, lalu bagaimana jika semua atau sebagian besar larangan Allah dan larangan Rasulullah kita langgar?! Pasti akibatnya akan lebih dahsyat daripada ini.
Teladanilah ajaran Rasulullah SAW tentang menjaga lisan. Beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak. Seperti disebutkan di dalam hadist:
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلَاقِ
“Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”(HR Baihaqi)
Rasulullah SAW benar-benar sempurna di dalam mengajarkan akhlak kepada kita. Jangankan perkataan yang jelas-jelas salah, perkataan dan perbuatan yang tidak penting saja dilarang oleh Rasulullah. Orang yang selalu menjauhi berkata dengan perkataan yang tidak penting dan menjauhi perbuatan yang tidak pantas, akan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah.
Diceritakan, Sayidina Lukmanul Al Hakim pernah ditanya oleh seseorang:
مَا بَلَغَ بِكَ مَا نَرَى؟ قَالَ: صِدْقُ الْحَدِيْثِ وَ اَدَاءُ الْاَمَانَةِ وَ تَرْكُ مَا لَا يَعْنِيْ
“Apa yang membuat kedudukanmu dihormati sebagaimana yang kami lihat?”
Beliau Menjawab, “Berkata yang jujur, melaksanakan amanah dan meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak berguna.”
Imam Syafi’i –Radhiyallahu ‘anhu- juga pernah berkata:
ثَلَاثَةٌ تَزِيْدُ فِي الْعَقْلِ: مُجَالَسَةُ الْعُلَمَاءِ وَ مُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ وَ تَرْكُ الْكَلَامِ فِيْمَا لَا يَعْنِيْ
“Ada tiga perkara yang dapat meningkatkan kecerdasan, yaitu: menghadiri majlis para Ulama’, menghadiri majlis orang-orang sholih dan meninggalkan perkataan yang tidak berguna.”

Dalam kesempatan lain Imam Syafi’i, pernah berkata:
مَنْ اَرَادَ اَنْ يُنَوِّر اللهُ قَلْبَهُ فَلْيَتْرُكِ الْكَلَامَ فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ
“Barang siapa yang ingin Allah SWT menyinari hatinya, maka hendaknya meninggalkan perkataan yang tidak penting.”
Ternyata hati yang penuh rahmat adalah berada pada seseorang yang meninggalkan omongan yang tidak pantas. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang dapat menjaga lidah kita dari berkata yang tidak pantas. Sehingga hati kita diberi rahmat oleh Allah SWT. Amin, amin. Amin yaa robbal ‘alamin.
Wallahu a’lam.

Sumber: forsansalaf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar