Minggu, 12 Februari 2017

Manfaat Besar Membaca Kalam Salaf


Kalam Habib Umar bin Segaf as-Segaf
Membaca sejarah tentu teramat penting untuk dilakukan. Betapa tidak, kita semua merupakan bagian dari sejarah yang terus bergulir bersama detik demi detik kehidupan. Kita semua perlu bercermin pada sejarah. Sejarah menawarkan opsi kepada diri kita untuk menjadi pribadi yang sukses atau gagal. Kalau ingin sukses, hendaknya kita meneladani langkah-langkah para tokoh sejarah yang dahulu meraih kesuksesan. Sebaliknya, kalau kita sama sekali tidak ingin menjadi orang sukses, kita boleh berbuat apa saja sesuka hati seperti halnya orang-orang yang hidupnya sia-sia.
Oleh karena itu, Imam Sufyan bin Uyainah berkata: “Manakala sejarah orang-orang shaleh disebut, maka rahmat-Nya turun.” Dari sini kita bisa memafhumi betapa sejarah hidup kaum shalihin merupakan salah satu wasilah atau perantara yang bisa mengantarkan kita kepada rahmat Yang Maha Kuasa. Sejarah mereka adalah cahaya yang mampu membimbing kita kepada kesuksesan hakiki, yakni menggapai ridha Allah SWT.
Bila membaca sejarah orang-orang shaleh dapat memberikan faedah ukhrawi yang sangat besar, maka mencatat sejarah mereka jauh lebih berfaedah lagi. Mencatat sejarah para auliya dan shalihin pada hakikatnya sama saja dengan menyebarkan dan mengabadikan nilai-nilai perikehidupan mereka. Berikut penuturan Habib Umar bin Segaf as-Segaf, tokoh sufi besar di Sewun Hadramaut, mengenai pentingnya mencatat serta membaca sejarah kaum shalihin:
Ketahuilah bahwasanya hal paling bermanfaat bagi seorang salik (orang menempuh jalan sufisme) yang sadar serta paling penting guna mengingatkan atau menyadarkan orang yang lalai adalah mengenang perjalanan hidup orang-orang shaleh, baik yang hidup di masa lampau mau pun yang hidup di masa akhir. Lebih khusus lagi orang-orang shaleh yang hidup belakangan ini, sebab mereka menghadapkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT di masa ketika orang-orang telah berpaling. Mata hati mereka dinyalakan oleh Allah SWT sewaktu seluruh mata hati telah menjadi buta. Mereka zuhud dan merasa cukup dengan rejeki sedikit tatkala kerakusan dan ketamakan merajalela di dunia ini.
Syekh Fadhal pernah berpesan kepada sebagian muridnya: “Catatlah kisah-kisah mengenai mereka (kaum shalihin) sebab hal itu mampu menghidupkan hati dan melebur dosa-dosa.”
Imam Ahmad bin Zein al-Habsyi berkata: “Pemahaman adalah cahaya yang terbit di dalam hati. Tiada akan dikaruniai pemahaman ini kecuali orang yang kerap duduk dengan kaum shalihin dan menelaahi kitab-kitab mereka.”
Guru para guru, yakni Syekh Zaruq pernah berkata: “Apabila kaum shalihin disebut di dalam suatu majelis, maka rahmat akan turun. Dari rahmat ini Allah SWT menciptakan awan yang bakal jatuh sebagai hujan di bumi orang-orang kafir. Nah, setiap orang kafir yang minum tetesan air hujan ini bakal masuk Islam…”
Sebagian kaum arifin berkata: “Di antara kewajiban murid kepada guru adalah memelihara ilmu-ilmu dan faedah-faedah yang ia dapat, kemudian menyampaikannya kepada generasi berikutnya sehingga mereka dapat mengambil faedah itu. Para guru pun memperoleh pahala yang melimpah dari setiap orang yang mengambil faedah dari ilmu mereka. Dengan begitu, bisa diketahui bahwa setiap keistimewaan telah dilimpahkan Allah SWT kepada para guru ini dan nama mereka akan terus disebut. Betapa banyak nama ulama yang tenggelam sepeninggal mereka. Betapa banyak llmu mereka yang terlupakan. Ada sebaris syair yang mengungkapkan:
Rahasia-rahasia di dalam zawiyah sirna
Tiada seorang pun yang mengingatnya
Karomah para wali menghilang pula
Bila buku-buku tak mencatatnya
Dari kasidah ini aku menggubah syair,
Karena lalai, betapa banyak hal yang sirna dari kita
Dengan menjaganya, akan lestari syiar-syiar untuk kita
Dikatakan pula bahwa apa yang tertulis bakal terjaga dan apa yang terlantar akan hilang. Apa yang ditulis bakal lestari dan apa yang diabaikan bakal lepas. Disebutkan dalam atsar (perkataan sahabat nabi) bahwasanya orang yang mencatat sejarah seorang wali akan berkumpul dengan sang wali yang dicatat di hari kiamat kelak. Barangsiapa membaca nama wali dalam kitab sejarah dengan disertai perasaan cinta, maka ia seolah-olah telah menziarahinya. Barangsiapa menziarahi wali, maka Allah SWT menghapus dosanya selama ia tidak mengusik sang wali dalam ziarahnya atau mengganggu seorang muslim dalam perjalanan ziarahnya. Gangguan itu akan membatalkan fadhilah ziarah.
Sebuah riwayat menuturkan bahwa barangsiapa menulis sejarah seorang mukmin, maka ia seolah-olah menghidupkannya. Barangsiapa membaca sejarah seorang mukmin, maka ia seolah-olah menziarahinya. Barangsiapa menghidupkan seorang mukmin, maka ia seolah-olah menghidupkan seluruh umat manusia. Ini adalah fadhilah menelaahi sejarah seorang mukmin. Bagaimana dengan sejarah tokoh-tokoh yang berkat menyebut nama mereka saja rahmat Allah SWT diturunkan dan dosa-dosa terampuni?
Syekh Fadhal berkata: “Barangsiapa shalat di belakang orang yang diampuni, maka dosanya diampuni juga. Barangsiapa makan bersama orang yang diampuni, maka dosanya diampuni juga. Barangsiapa duduk bersama orang-orang shaleh, maka semangatnya pada ketaatan bertambah.”
Sementara itu para ulama berkata: “Bila kamu tidak bisa menjumpai mereka, maka kamu bisa menghidupkan hati dan bashirah (mata hati) dengan kalam-kalam mereka.”
Habib Abdullah bin Alwi al-Hadddad bersyair:
Sungguh, membicarakan para kekasih bisa mengobati..
Hati dari penyakit kronis yang menjangkiti…
Andai aku tak bisa dekat atau bersua para kekasih
Maka menyebut mereka adalah pelipur dari rasa sepi di hati
Mengingat mereka adalah kesenangan dan kedamaianku
Dengannya hatiku bersih dan bathinku jadi jernih…

sumber: forsansalaf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar